Halaman
204
Kelas X SMA / MA / SMK / MAK
a.
Gedung Pertunjukan atau Pentas pada zaman Thucydides, 471-395
SM. dan zaman Plato, 428-424 SM.
b.
Publik/ Auditorium atau tempat penonton pada zaman Herodotus,
490/480-424 SM.
Pengertian teater dapat dibagi dalam pengertian umum dan sempit. Teater
dalam pengertian umum adalah suatu kegiatan manusia dalam menggunakan
tubuh atau benda-benda yang dapat digerakan, di mana suara, musik dan
tarian sebagai media utamanya untuk mengekspresikan cita, rasa dan karsa
seni.
Teater dalam arti luas adalah segala tontonan yang dipertunjukan di
depan orang banyak, misalnya :
Wayang Wong, Pementasan Topeng, Wayang
Golek, Wayang Kulit, Wayang, Ketoprak, Ludruk, Srandul, Randai, Longser,
Akrobatik, Sepak Bola,
dan berbagai pertunjukan musik atau
Karawitan,
Karnaval Seni,
dst.. Sedangkan dalam arti sempit teater adalah Drama.
Istilah Drama dalam bahasa Yunani “ Dran” atau “Draomai” yang berarti
beraksi, berbuat, bertindak, berlaku. Dalam istilah yang umum, drama adalah
salah satu bentuk teater yang memakai lakon dengan cara bercakap-cakap atau
gerak-gerik di atas pentas yang ditunjang oleh beberapa unsur artistik
pementasan. Inti atau dasar dari drama itu sendiri adalah konflik atau
pertentangan, antara peran tokoh dengan dengan dirinya sendiri, dan peran
tokoh dengan masyarakat atau lingkungan.
Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang di ceritakan
di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak atau penonton dengan media:
percakapan, gerak dan laku dengan tata pentas atau dekor (layar dst.)
didasarkan pada naskah tertulis atau tidak tertulis dengan atau tanpa musik,
nyanyian, dan atau tarian.
Pementasan teater secara umum, merupakan proses komunikasi atau
peristiwa interaksi
antara pementasan teater dengan penontonya yang
dibangun oleh suatu sistem pengelolaan, yakni manajemen seni pementasan.
B. Ragam Jenis Teater Tradisional
Indonesia sebagai negara yang kita cintai, dalam kekayaan seninya
memiliki keragaman jenis dan bentuk dengan kekhasan dan keunikan
tersendiri. Keragaman jenis dan bentuk, baik tari, musik dan teater tradisional
tumbuh dan berkembang yang tidak lepas fungsi seninya. Salah satunya
Seni Budaya
205
pementasan teater tradisional, baik teater rakyat
maupun teater istana memiliki fungsi sebagai
media upacara dan hiburan bagi masyarakat
pendukungnya.
Teater tradisional sering juga disebut dengan
“Teater Daerah” merupakan suatu bentuk teater
yang bersumber, berakar dan telah dirasakan
fungsi seninya sebagai milik masyarakat
pendukungnya. Pengolahannya didasarkan atas
cita rasa masyarakat pendukungnya. Teater
tradisional mempunyai ciri-ciri yang spesifik
bersifat kedaerahan dan menggambarkan
kebudayaan lingkungannya.
Ciri-ciri utama teater tradisional, antara
lain sebagai berikut.
1.
Menggunakan bahasa daerah.
2.
Dilakukan secara improvisasi.
3.
Ada unsur nyanyian dan tarian.
4.
Diiringi tetabuhaan (musik daerah).
5.
Dagelan/ banyolan selalu mewarnai.
6.
Adanya keakraban antara pemain dan
penonton.
7.
Suasana santai.
Ragam jenis teater tradisional yang tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
Indonesia, menurut Durachman (2009) dapat
dibedakan menjadi bagian, yakni; teater
tradisional rakyat dan teater tradisional istana.
1.
Teater Tradisional Rakyat
Teater tradisional rakyat hadir dari
spontanitas kehidupan dalam masyarakat,
dihayati oleh masyarakat dan berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.
Kehadiran teater tradisional rakyat umumnya
karena dorongan kebutuhan masyarakat
terhadap suatu hiburan, kemudian meningkat
untuk kepentingan lain seperti; kebutuhan akan
mengisi upacara dan ceremonial keadatan.
Gambar 16.4 Mendu
Teater Rakyat Riau
Gambar 16.3 Topeng Arja
Teater Rakyat Bali
Sumber: luyfana2001.student.umm.
ac.id
Gambar 16.2 Teater Tutur Kentrung
dari Jawa Timur
Sumber: youtube.com
Gambar 16.1 Teater Tutur PMTOH dari
Aceh
206
Kelas X SMA / MA / SMK / MAK
Terkait ciri-ciri teater tradisional rakyat
yang memiliki perbedaan dengan teater
tradisional istana, Sumardjo, (2004)
mengungkapkan sebagai berikut.
Ciri-ciri umum teater rakyat adalah 1) cerita
tanpa naskah dan digarap berdasarkan peristiwa
sejarah, dongeng, mitologi atau kehidupan
sehari-hari, 2) penyajian dengan dialog, tarian
dan nyanyian, 3) unsur lawakan selalu muncul,
4) nilai dari pelaku dramatik dilakukan secara
spontan dan dalam satu adegan terdapat dua
unsur emosi sekaligus, yakni tertawa dan
menangis, 5) pementasan mempergunakan
tetabuhan atau musik tradisional, 6) penonton
mengikuti pementasan secara santai dan akrab,
dan bahkan tidak terelakan adanya dialog
langsung antara pelaku dan publiknya, 7)
mempergunakan bahasa daerah, 8) tempat
pementasan terbuka dalam bentuk arena
(dikelilingi penonton).
Adapun ragam jenis teater tradisional
rakyat yang ada di wilayah Indonesia,
diantaranya dapat dikemukan sebagai berikut.
-
Riau
: Makyong dan Mendu,
dst.
-
Sumatra Barat
: Randai dan Bakaba,
dst.
-
Kalimantan
: Mamanda dan
Tatayungan, Hudo, dst.
-
Bali
: Topeng Arja, Topeng
Cupak, Topeng
Prembon, dst.
-
Sulawesi
: Sinrilli, dst.
-
Jawa Barat
: Longser, Pantun Sunda,
Topeng Cirebon,
Topeng Banjet, Banjet,
Topeng Cisalak, Uyeg,
Manorek, dst.
-
DKI Jakarta
: Lenong, Topeng
Betawi,dst.
Sumber: Dok. penulis
Gambar 16.5 Ludruk
Teater Tradisional Jawa Timur
Sumber: Dok. penulis
Gambar 16.6 Topeng Banjet
Teater Tradisional Jawa Barat
Sumber: wikipedia.org
Gambar 16.7
Wayang Kulit
Teater Boneka Indonesia
Sumber: Jakarta.go.id
Gambar 16.8
Teater Boneka
Wayang Golek Jawa Barat
Seni Budaya
207
-
Banten
: Ubrug, dst.
-
JawaTengah
: Srandul, Ketoprak, dst.
-
Jawa Timur
: Ludruk, Ketoprak,
Topeng Malangan,
Kentrungan,
Topeng,Wayang
Gambuh, Gambuh, dst.
2.
Teater Tradisional Istana
Teater tradisional istana adalah suatu suatu
jenis teater tradisional dalam perkembangan
seni yang telah mencapai tingkat tinggi baik
teknis maupun coraknya. Kemapanan dari jenis
teater istana ini sebagai akibat dari adanya
pembinaan yang terus menerus dari kalangan
atas, seperti; raja, bangsawan atau tingkat sosial
lainnya. Oleh karena itu jenis teater istana
kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat
kerajaan). Untuk jenis teater tradisional istana
dapat dikemukan sebagai berikut, misalnya :
Wayang Golek
, Wayang Kulit, Wayang Cepak (Jawa Barat);
Wayang Kulit
dan
Wayang Orang
(Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Cara pementasan teater istana memiliki aturan yang ketat dan tidak
sebebas teater rakyat. Teater istana harus menuruti aturan-aturan etis (tata
kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan berdasarkan
aturan yang baku. Terkait dengan pementasan teater tradisional istana
Sumardjo, (2004) mengungkapkan sebagai berikut.
Ciri-ciri umum teater istana adalah 1) adanya sumber cerita atau naskah
baku dan digarap bersumber cerita ramayana, mahabarata, cerita panji, 2)
penyajian dengan dialog, tarian dan nyanyian, 3) nilai dari pelaku dramatik
dilakukan secara baku, 4) pementasan mempergunakan tetabuhan atau musik
yang lebih lengkap dan rumit, 5) penonton mengikuti pementasan secara
hidmat dan berjarak, 6) mempergunakan bahasa baku sangsekerta, kawi, 7)
tempat pementasan bersifat khusus (dalam istana, pendopo) dengan penonton
keluarga istana dan tamu kehormatan).
Sumber: ajimachmudi.wordpress.com
Gambar 16.9 Wayang Wong
Teater Istana Indonesia
Sumber: Disbuparjabar.go.id
Gambar 16.10 Teater Tradisional
(Wayang Kulit dan Topeng Panji)
208
Kelas X SMA / MA / SMK / MAK
Berdasarkan perbedaan ciri-ciri pokok seni dan hubungan seni yang
mendasari pementasannya dapat disimpulkan bahwa teater tradisional
keberadaan seninya tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya, baik masyarakat suku pedalaman, masyarakat pedesaan,
perkampungan (pertanian huma dan pesawahan) dan masyarakat istana atau
pendopo atau istana.
Dalam pementasan teater selalu menghadirkan nilai seni. Nilai seni dalam
pementasan teater adalah makna, yang disampaikan melalui media atau sarana
dalam bentuk simbol seni. Nilai di dalam simbol seni dapat dibagi menjadi
nilai bentuk dan nilai isi, nilai moral. Nilai estetis adalah nilai bentuk, bersifat
subjektif. Adapun nilai isi, nilai pesan bersifat objektif.
Nilai estetis bersifat subjektif. Artinya, sangat tergantung kepada orang
yang menilainya. Oleh karena itu nilai estetis yang ditampilkan sang kreator
atau pelaku seni sangatlah berbeda tergantung ukuran nilai estetis dari sundut
pandang mana mereka ketika menikmati atau mengapresiasi pementasan
teater.
Berbicara nilai estetis atau nilai keindahan yang dipancarkan pementasan
seni oleh para pelakunya, termasuk pementasan teater dapat dianalisis melalui
unsur dan struktur pembentuk seninya. Hal ini terjadi, disebabkan oleh sifat
seni pementasan teater hadir karena ciri-ciri pembentuk seninya. Semua
pementasan teater, baik tradisional maupun non tradisional yang ada karena
dilakukan secara langsung dengan kasat mata, terbatas oleh ruang dan waktu
di atas pentas, dilakukan atas kerjasama dan kerja bersama antar beberapa
awak pentas dalam mewujudkan pementasan teater.
Untuk menilai pementasan teater tradisional, apakah indah atau tidak
terhadap pementasan teater sangat tergantung pada jenis, bentuk dan fungsi
seninya.Contohnya, seni tradisional istana memiliki idiom atau pakem atau
pola yang tetap dan baku yang mengikat secara khas. Justru kekhasan atau
keunikan bentuk seninya melalui; pola, struktur dan unsur-unsur pementasan
teater yang terkandung di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri dalam
memaknai nilai estetik seninya.
Dengan nilai keindahan yang terpancar dari teater tradisional istana
melalui olahan unsur-unsur pementasannya kearah nilai estetika tinggi yang
dipandang untuk prestisius kebesaran raja. Oleh karena itu, tidak heran apabila
teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat istana
cenderung rumit dan terkesan
glamour
menakjubkan karena dikerjakan oleh
para ahli dibidang seni. Dengan ciri atau tanda yang ada sebagai identitas
teater istana adalah unsur-unsur pembentuk seninya berkembang ke arah
estetika tinggi dan bersifat adiluhung.
Seni Budaya
209
Pementasan teater dengan sifat yang sederhana, apa adanya, bersahaja,
cenderung spontan dan bersifat bebas dalam pementasannya adalah menjadi
ciri khas penanda nilai estetik dari teater tradisional rakyat.
Teater tradisional mempunyai fungsi seni bagi masyarakatnya. Fungsi
yang dirasakan oleh masyarakat pendukungnya yang menyebabkan salah satu
faktor mengapa teater tradisional ini tetap bertahan di tengah-tengah
masyarakatnya.
Ciri-ciri dalam seni pementasan tradisional dalam kaitan fungsi Sedyawati
(1983) mengatakan “ lima ciri dalam seni pementasan yang bersifat sacral
maupun magis, memiliki fungsi sebagai (1) pemanggil kekuatan gaib, (2)
penjemput roh-roh baik untuk mengusir roh jahat, (3) peringatan pada nenek
moyang dengan menirukan kegagahan maupun kesigapannya, (4) pelengkap
upacara sehubungan dengan saat tertentu perputaran waktu dan (5) pelengkap
upacara sehubungan dengan peringatan tingkat hidup manusia.
Pementasan teater fungsi keseniannya, dapat dicontohkan melalui salah
satu pementasan teater “Topeng Banjet” di Kabupaten Karawang. Teater
tradisional rakyat ini, hingga kini oleh masyarakat pendukungnya masih
difungsikan dalam kegiatan upacara terkait pelengkap upacara sehubungan
dengan peringatan tingkat hidup manusia;
Nazar
, khitanan, perkawinan,
haulan
,dst.
Keberadaan teater tradisional rakyat dalam sistem pementasannya, dikala
sepi panggungan atas tanggapan penanggap seni, yakni di masa-masa musim
peceklik, biasanya melakukan pementasan dengan cara pentas keliling atau
mengamen ke daerah lain yang tengah musim panen.
Setelah kamu belajar tentang ragam jenis teater, jawablah beberapa
pertanyaan di bawah ini!
1.
Apa saja yang kamu ketahui tentang ragam jenis teater tradisional
yang ada disekitarmu?
2.
Apa perbedaan pementasan teater tradisional rakyat dengan teater
tradisional istana?